9 Mei 2025

Peran Media Tergerus Kepentingan Pribadi: Ketika Pemberitaan Dimanfaatkan Tanpa Kontribusi

0
file_00000000f2f861f7a82fdc202a1004e2

Jakarta, otoritas.co.id – Media massa memiliki peran sentral dalam menjaga transparansi, menyebarluaskan informasi yang akurat, serta menjadi penghubung antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Namun dalam praktiknya, tidak sedikit perusahaan media yang menghadapi tantangan serius akibat pemberitaan yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu demi kepentingan pribadi, tanpa adanya kontribusi atau penghargaan terhadap kerja jurnalistik yang dilakukan.

Fenomena ini sering terjadi atas dasar kedekatan pribadi, relasi pertemanan, maupun pemahaman keliru terhadap fungsi media. Banyak tokoh maupun pelaku kegiatan yang mengandalkan jaringan informal untuk mendapatkan pemberitaan, namun enggan memberikan dukungan profesional, baik dalam bentuk kerja sama resmi maupun dukungan lainnya kepada media.

“Seringkali pemberitaan kami diminta demi kepentingan personal atau kelompok, hanya karena hubungan pertemanan. Tapi ketika media membutuhkan dukungan, tak banyak yang hadir,” ujar seorang pemimpin redaksi media lokal yang enggan disebutkan namanya.

Hal ini berdampak langsung terhadap keberlangsungan operasional media, terutama media lokal dan komunitas yang mengandalkan sumber daya terbatas. Akibatnya, banyak media yang tidak dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, bahkan harus memangkas kegiatan jurnalistik karena keterbatasan pendanaan.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (DPW IPJI) DKI Jakarta, Heri Soelaiman, SH, turut menanggapi persoalan ini. Ia menilai, maraknya pemanfaatan media tanpa kontribusi merupakan bentuk ketimpangan hubungan antara media dan narasumber.

“Media bukan alat gratis untuk promosi. Ada kerja, ada tenaga, ada biaya operasional yang dikeluarkan oleh media dan wartawan dalam setiap peliputan dan penayangan berita,” tegas Heri Soelaiman.

Ia menambahkan bahwa wartawan dan perusahaan media harus berani menegaskan batas profesionalitas dalam relasi kerja. “Kalau terus dibiarkan, ini bisa jadi preseden buruk yang melemahkan independensi dan keberlanjutan media. Sudah waktunya semua pihak memahami bahwa media adalah mitra, bukan sekadar pelengkap formalitas,” lanjutnya.

Menurutnya, perlu ada edukasi berkelanjutan kepada publik dan pemangku kepentingan bahwa kerja jurnalistik layak dihargai secara proporsional. Ia juga mendorong organisasi pers untuk memperkuat advokasi kepada anggotanya agar tidak terjebak dalam relasi yang merugikan institusi media itu sendiri.

Suka duka insan pers pun menjadi bagian dari dinamika yang belum sepenuhnya dipahami oleh banyak pihak. Di satu sisi, jurnalis dituntut menjaga idealisme dan integritas. Namun di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tekanan sosial dan keterbatasan ekonomi akibat relasi yang tidak seimbang.

“Sudah saatnya semua pihak menyadari, bahwa media bukan hanya sahabat ketika butuh diberitakan, tetapi juga mitra strategis yang harus dihargai dan didukung,” pungkas Heri Soelaiman. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Hallo,?