Wamen Sudaryono Dikritik Keras: Loyalis Terbaring Sakit, Tak Pernah Dijenguk

Jakarta, Otoritas.co.id – Direktur Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, melontarkan kritik tajam terhadap Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono. Sudaryono dinilai abai terhadap nasib Diaz, seorang jurnalis yang merupakan loyalis dan aktif membantu kampanye Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ironisnya, setelah Diaz menderita stroke sejak tahun 2023, Sudaryono tidak pernah menjenguknya.
Diaz dikenal sebagai jurnalis yang masif menyuarakan perjuangan Prabowo-Gibran di berbagai media daring. Ia juga aktif di organisasi Pedagang Pejuang Indonesia Raya (Papera), sayap organisasi ekonomi kerakyatan yang berafiliasi dengan DPP Partai Gerindra. Papera dipimpin oleh Don Muzakir, dengan Sudaryono sebagai Dewan Pembina.
“Benar-benar ini Wakil Menteri Sudaryono tidak punya hati nurani. Masa seorang Diaz yang selama ini membantu Papera, dan juga membantu Sudaryono, tidak pernah sekalipun dijenguk?” tegas Uchok Sky kepada wartawan pada Jumat (20/6/2025).
Uchok menegaskan bahwa persoalan ini bukan sekadar menjenguk orang sakit, melainkan menyangkut sikap moral dan rasa kemanusiaan seorang pejabat publik. Ia menyoroti artikel berjudul “Pernah Aktif Bikin Berita Prabowo–Gibran hingga Menang Pilpres, Kini Terbaring Sakit Tanpa Apresiasi” yang seharusnya mengetuk nurani para elit politik.
“Rakyat kita harus hati-hati dengan politisi yang hanya memanfaatkan orang ketika sehat. Ketika sakit, ditinggalkan begitu saja. Lupa karena sudah tak bisa dipakai lagi,” ujarnya geram.
Lebih lanjut, Uchok mempertanyakan keputusan Prabowo Subianto menunjuk Sudaryono sebagai Wakil Menteri jika empati terhadap orang yang pernah membantunya saja tidak ada.
“Secara rasional, saya tidak tahu bagaimana Prabowo bisa memilih Sudaryono sebagai wakil menteri. Kalau yang bantu dia selama ini saja dicuekin saat sakit, bagaimana nasib rakyat nanti?” pungkasnya.
Kisah Diaz ini menjadi gambaran getir bagaimana loyalitas terkadang dibalas dengan sikap abai, sekaligus menjadi catatan penting bagi publik untuk tidak mudah terkecoh oleh pencitraan politik. (**)