16 September 2025

Resensi Buku “Nusantaria: Sejarah Maritim Asia Tenggara” karya Philip Bowring

0
IMG-20250824-WA0102

 

Encomiendas dan Luka Sejarah Nusantaria

Oleh : Ryo Disastro (Nusantara Centre)

Jakarta, otoritas.co.id – Kata encomiendas mungkin terdengar asing di telinga masyarakat Nusantara. Namun, istilah dari bahasa Spanyol itu menyimpan sejarah kelam kolonialisme di Asia Tenggara, khususnya di Filipina. Hal inilah yang diulas dalam buku Nusantaria: Sejarah Maritim Asia Tenggara karya jurnalis senior Philip Bowring.

Buku setebal 400 halaman yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) pada 2022 ini mengisahkan panjangnya perjalanan kawasan maritim Asia Tenggara—yang oleh Bowring disebut sebagai Nusantaria. Istilah ini merujuk pada gugusan kepulauan besar yang mencakup Semenanjung Malaya, Indonesia, Laut Natuna Utara, Filipina, hingga Papua Nugini.

Bowring menegaskan, Nusantaria bukanlah wilayah kosong. Sejak berabad-abad lalu kawasan ini sudah menjadi pusat perdagangan global, dikunjungi pedagang dari Tiongkok, India, Arab, hingga pelaut Jawa, Bugis, dan Bali. Namun, harmoni itu berubah setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511, disusul kedatangan Spanyol ke Filipina.

Di sanalah sistem encomiendas diperkenalkan. Raja Spanyol memberikan hak tanah kepada orang-orang pilihannya yang disebut encomiendero. Mereka berkuasa penuh memungut upeti dari penduduk asli, meski praktiknya sering berubah menjadi pemerasan. Seorang uskup Filipina pernah mencatat getirnya: mereka yang semula orang biasa, setelah menjadi pemegang encomiendas bertransformasi seperti dewa dan raja, menindas rakyat di bawah todongan senjata.

Penulis resensi, Ryo Disastro dari Nusantara Centre, menilai sistem kolonial semacam ini memiliki kemiripan dengan praktik politik modern. Ia menyebut fenomena di mana seseorang yang berangkat dari latar belakang sederhana, kemudian diangkat menjadi pejabat karena jasa politik, tetapi akhirnya terjerumus kasus korupsi hingga tertangkap tangan, tak ubahnya cerminan “encomiendero” masa kini.

Melalui narasi panjang yang dirangkai sejak 7000 SM hingga era modern, Bowring menyajikan sejarah maritim Asia Tenggara dalam bentuk mosaik yang kaya. Latar belakangnya sebagai jurnalis membuat buku ini terasa mengalir, menyerupai kumpulan artikel sejarah yang dirangkai dalam satu alur.

Bagi pecinta sejarah, khususnya sejarah maritim dan peradaban kepulauan Asia Tenggara, Nusantaria menjadi bacaan penting. Buku ini tidak hanya menuturkan fakta, tetapi juga mengajak pembaca merenungi luka kolonial yang jejaknya masih terasa dalam dinamika sosial-politik hingga hari ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *