31 Juli 2025

Klarifikasi Isu Kebangkrutan Gudang Garam: Laba Anjlok, tetapi Diversifikasi Bisnis Jadi Penyelamat

0
images (61)

Jakarta, otoritas.co.id – Isu kebangkrutan PT Gudang Garam Tbk (GG) kembali menjadi sorotan publik. Perusahaan rokok raksasa ini dikabarkan menghadapi tekanan finansial yang serius, ditandai dengan penurunan laba, tersendatnya produksi, anjloknya harga saham, hingga ancaman PHK massal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa industri rokok di Indonesia sedang menghadapi tekanan besar, meskipun Indonesia masih memiliki jumlah perokok pria tertinggi di dunia.

Koordinator Nasional Gerakan Santri Biru Kuning (GSBK), Febri Yohansyah, membenarkan adanya indikasi kondisi keuangan PT Gudang Garam yang tidak sehat. Laporan keuangan menunjukkan laba perusahaan anjlok tajam 82%, dari Rp5,32 triliun pada 2023 menjadi hanya Rp980,80 miliar pada 2024. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya volume penjualan rokok, membanjirnya rokok ilegal, dan ketatnya aturan larangan merokok di ruang publik.

Selain itu, nilai aset perusahaan juga menurun signifikan, dari Rp92,4 triliun pada 2023 menjadi Rp84,9 triliun pada 2024. Harga saham PT Gudang Garam pun menunjukkan tren memprihatinkan, dari sebelumnya sempat di atas Rp90.000 per lembar, kini hanya berkisar Rp9.600 per lembar.

Meskipun demikian, Febri Yohansyah menegaskan bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan PT Gudang Garam akan bangkrut. Ia menekankan bahwa Gudang Garam memiliki diversifikasi bisnis yang luas, tidak hanya di industri rokok, tetapi juga merambah ke sektor jalan tol, bandara, kertas, konstruksi, dan lainnya. Ekspansi ini dinilai sebagai bentuk adaptasi dan strategi jangka panjang perusahaan.

Saat ini, PT Gudang Garam mengelola 11 anak perusahaan langsung dan 25 anak perusahaan tidak langsung. Febri menyebutkan bahwa beberapa anak usaha ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan. Dengan aset besar, diversifikasi sektor, dan sejarah sebagai salah satu konglomerasi tembakau terbesar di Asia, isu kebangkrutan Gudang Garam masih perlu dipandang secara proporsional.

Febri mengakhiri pernyataannya dengan optimisme, menyatakan bahwa Gudang Garam masih jauh dari kata “tamat” jika melihat peta bisnis mereka secara keseluruhan, meskipun saat ini perusahaan menghadapi tekanan serius dari regulasi, persaingan pasar, dan perubahan gaya hidup masyarakat. (**)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *