19 Oktober 2025

Kementerian PU Tuntaskan Jembatan Pandansimo: Sinergi Teknologi, Kearifan Lokal, dan Perekonomian Yogyakarta

0
IMG-20251009-WA0022

Yogyakarta, otoritas.co.id — Pembangunan Jembatan Pandansimo oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menandai babak baru konektivitas pesisir selatan Pulau Jawa, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tidak sekadar infrastruktur penghubung dalam jaringan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), jembatan ini menjadi simbol harmoni antara kemajuan teknologi, kelestarian lingkungan, dan kearifan budaya lokal.

Membentang di atas Sungai Progo, Jembatan Pandansimo menjadi penghubung antara Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul, melalui ruas Congot–Ngremang dan Pandansimo–Samas. Kehadiran jembatan ini sekaligus melengkapi jaringan ruas Pantai Selatan (Pansela) sepanjang kurang lebih 110 kilometer di wilayah DIY.

“Pengembangan jaringan jalan dan pembangunan jembatan di seluruh Indonesia kami lakukan untuk membuka akses investasi, mendukung kawasan industri, mendorong sektor pariwisata, serta memperkuat konektivitas antar pusat ekonomi regional,” ujar Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo.

Proyek strategis ini menghubungkan Desa Banaran (Kulon Progo) dengan Desa Poncosari (Bantul). Pembangunan dimulai sejak November 2023, dengan panjang total penanganan mencapai 2.300 meter dan lebar 24 meter. Konstruksi rampung pada Juni 2025, dengan pembiayaan dari APBN sebesar Rp863,7 miliar.

Dibangun di kawasan pesisir yang rawan gempa dan likuifaksi, Jembatan Pandansimo menggunakan Lead Rubber Bearing (LRB) untuk meredam energi gempa dan Corrugated Steel Plate (CSP) yang ringan serta kuat, sehingga mempercepat waktu pemasangan. Penggunaan Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) memperkuat oprit jalan, sementara mortar busa diterapkan sebagai pengisi ringan guna mengurangi beban dan getaran tanah.

Secara arsitektural, desain Jembatan Pandansimo menghadirkan perpaduan antara modernitas dan kearifan lokal Yogyakarta. Elemen gunungan wayang tampil pada gapura dan lampu jalan sebagai simbol keseimbangan alam dan manusia, sementara sulur keris memperkaya detail visual yang mencerminkan filosofi keteguhan masyarakat Jawa. Corak batik nitik pun disematkan pada struktur baja, memberikan sentuhan tradisi dalam konstruksi modern.

Lebih dari sekadar sarana transportasi, Jembatan Pandansimo diharapkan menjadi ikon budaya dan ekonomi baru bagi masyarakat pesisir selatan Yogyakarta. Infrastruktur ini membuka akses ke lebih dari 2.164 hektare lahan pertanian di Kecamatan Galur, dengan potensi produksi mencapai 9.000 kuintal hasil pertanian dan 13 ton hasil perikanan setiap tahun.

Kehadiran jembatan ini juga akan memperkuat potensi wisata pesisir seperti Pantai Depok, Pantai Glagah, Hutan Mangrove, hingga Kali Biru, yang dihubungkan dalam satu koridor wisata baru di selatan Yogyakarta.

Dengan menggabungkan teknologi tahan gempa, estetika budaya, dan fungsi ekonomi, Jembatan Pandansimo menjadi contoh nyata bagaimana infrastruktur dapat menyatukan nilai keberlanjutan, budaya, dan kesejahteraan masyarakat.

(Alexander )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *