31 Juli 2025

Indonesia Pasca Kwik Kian Gie: Melanjutkan Perjuangan Melawan Oligarki dan Depresiasi Rupiah

0
IMG-20250730-WA0015

OTORITAS.co.id – Lini masa banjir ucapan duka cita. Begitulah jika sebuah bangsa kehilangan patriotnya, seorang pahlawan yang mewariskan perlawanan dan perjuangan. Perlawanan terhadap jahatnya tradisi KKN Orde Baru, serta perjuangan menegakkan keadilan, kesejahteraan, dan kesentosaan.

Kita tahu, Kwik Kian Gie (KKG) adalah salah satu ekonom terdepan yang kritiknya tajam, substantif, dan arif terhadap kebijakan ekonomi-politik Orde Baru. Ia menyoroti tradisi monopoli, oligopoli, dan kleptokrasi yang hanya menguntungkan segelintir orang: keluarga, kroni, dan gedibalnya. Cara berekonomi semacam ini, yang pernah membuat VOC bangkrut, adalah sesuatu yang dilawan keras oleh para pendiri republik.

Pilar Pemikiran KKG: Akal Sehat dan Pancasila

Apa tawaran dari KKG? Ia menegaskan bahwa pembangunan kita harus berbasis akal sehat dan Pancasila. Pembangunan dan pengembangan ekonomi Indonesia harus berkeadilan serta berorientasi pada kesejahteraan plus kesentosaan. Inilah juga cita-cita luhur Republik Indonesia.

Untuk mensukseskan program utama itu, KKG menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas ekonomi Indonesia. Pendidikan kita harus diprogram ulang agar menghasilkan manusia merdeka dan mandiri di segala bidang. Tentu, pendidikan yang tidak tercerabut dari situasi dan kondisi Indonesia serta budaya luhur bangsanya.

Dengan pendidikan dan kurikulum yang tepat, para lulusannya akan menjadi manusia unggul, berdikari, dan berdaulat. Dengan model, modul, serta modal seperti itu, ketika menjadi politisi dan pejabat, mereka tidak akan menjadi penjahat. Sebaliknya, mereka akan menjadi pelayan serta panitia kesejahteraan rakyat.

Dua Isu Krusial: Oligarki dan Depresiasi Rupiah

Ada dua lagi pikiran KKG yang sangat penting kita perhatikan. Pertama adalah soal konglomerasi yang bertransformasi menjadi oligarki. Kedua adalah soal kurs bebas yang bertransformasi menjadi depresiasi rupiah.

Pada kasus konglomerasi dan oligarki, KKG berpendapat itu harus dihabisi karena anti-kemanusiaan. Ini adalah efek dari ekonomi pasar, anti-negara, dan berpijak pada nafsu kuasa yang serakah. Saat kita semua gagal menghapus tradisi oligarki, sesungguhnya kita tak lagi bernegara dan proklamasi kemerdekaan menjadi sia-sia.

Pada soal depresiasi rupiah, KKG berpendapat bahwa itu adalah penurunan nilai mata uang Rupiah (IDR) terhadap mata uang lain yang disengaja untuk melumpuhkan ekonomi politik Indonesia. Secara umum, depresiasi rupiah terjadi karena ketidakseimbangan ekonomi (defisit perdagangan, inflasi tinggi, atau ketidakstabilan politik); perubahan suku bunga (selisih kurs dan suku bunga); dan ketidakstabilan global (krisis ekonomi global, perang dagang, atau asimetris).

Namun, menurut KKG, hal-hal itu tidak menjelaskan ekonomi kita secara utuh. Sebab, yang terjadi memang ada agensi dan “tangan gelap” kerja sama asing, aseng, dan asong dalam rantai ‘hit guys’ dengan menempatkan Indonesia sebagai dapur pencucian uang gelap. Akibatnya, sejak merdeka, rupiah kita terdepresiasi hingga 2.500% sampai kini.

Sebagai contoh, depresiasi rupiah terhadap dolar AS di akhir Desember 2024 sebesar 6%. Namun, jika dihitung dari 21 Juni 2023 sampai 21 Juni 2024 (setahun saja), depresiasi rupiah mencapai sekitar 8,45%.

Apa akibat dari depresiasi rupiah itu? Ada banyak sekali. Yang paling utama adalah “rupiah tidak berdaulat,” ia tak menjadi tuan di negerinya sendiri; lalu terjadi lonjakan TKI/W yang mencari selisih kurs di luar negeri; harga impor meningkat (harga impor lebih mahal sehingga meningkatkan biaya produksi dan harga jual produk); dan ujungnya inflasi meningkat.

Warisan Perjuangan yang Belum Usai

Dua problem dari desain jaringan global di atas sepertinya masih akan terus berlangsung. Kritik KKG tidak membuat elite negara ini bertobat dan mencari terobosan, apalagi antitesa dan kontra-skemanya. Hal ini karena cengkraman pasar masih kuat di istana, kelembagaan keuangan, dan agensinya.

Singkatnya, Indonesia pasca-KKG masih dicengkeram ekonomi pasar (baik kelembagaan maupun agensinya). Akibatnya, Indonesia kini menuju negeri miskin, bangsa senjang, warga negara timpang, produsen babu, dan terjajah secara struktural.

Meski demikian, KKG lumayan beruntung. Ia sempat diuji semesta menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Semua ujian itu dijalani dengan lulus dan nilai baik. Itulah mengapa kita merasa kehilangan besar.

Hebatnya, KKG sempat mendirikan dan mewariskan Institut Bisnis & Informatika Indonesia (IBII) yang sekarang dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business. Tentu ini prestasi dahsyat yang tak banyak orang lain mampu. Selamat jalan pahlawan. Kami teruskan perjuanganmu.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *