Diam Seribu Bahasa, DPR Didesak Bongkar Tragedi Kematian Muhammad Athaya Helmi Nasution
Jakarta, Otoritas.co.id – Tragedi meninggalnya Muhammad Athaya Helmi Nasution (19) memicu gelombang kemarahan publik. Mahasiswa muda yang tengah menempuh studi di luar negeri itu pulang ke tanah air dalam peti jenazah, usai mendampingi rombongan kunjungan kerja Komisi XI DPR RI di Wina, Austria, pada 27 Agustus lalu.
Dalam unggahan di media sosial, Ernydar Erham menggambarkan Athaya sebagai sosok penuh mimpi dan cita-cita, namun dipaksa memikul tanggung jawab berat tanpa kontrak resmi, perlindungan, maupun kejelasan otoritas. “Dari pagi hingga malam, dengan tugas yang tak sebanding dengan kapasitasnya, tanpa kepastian siapa yang bertanggung jawab, hingga tubuh mudanya menyerah: kejang, henti jantung, dan wafat di negeri orang,” tulisnya.
Ernydar juga menyoroti sikap rombongan pejabat yang tetap melanjutkan agenda, sementara panitia dan liaison officer (LO) justru sibuk dengan jamuan makan. “Tak ada permintaan maaf, tak ada rasa gentar meski seorang anak bangsa telah meregang nyawa. Apakah martabat manusia begitu murah di mata penguasa?” kritiknya.
Nada serupa datang dari Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, yang mendesak DPR untuk bertanggung jawab dan membuka fakta secara transparan. “Ungkap siapa saja anggota Komisi XI yang berangkat, serta siapa pemilik travelnya. Jangan diam-diam saja. Tugas DPR itu mengurus persoalan dalam negeri, bukan jalan-jalan ke luar negeri,” tegas Uchok, Sabtu (13/9/2025).
Ia juga meminta Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) turun tangan menyelidiki kasus ini. “Jangan pura-pura tidak tahu. Athaya adalah manusia yang harus dihormati. Tapi DPR ini, jangankan bertanggung jawab, minta maaf saja sulit sekali keluar dari mulut mereka,” ujarnya.
Publik kini menanti langkah tegas DPR dan pihak berwenang untuk mengungkap kebenaran, memastikan akuntabilitas, serta mencegah agar tragedi serupa tidak kembali menimpa mahasiswa Indonesia di luar negeri. (**)
