CWIG Desak Langkah Strategis Atasi Defisit APBN
Jakarta, OTORITAS.co.id – Ketua Umum Cerdas Waspada Investasi Global (CWIG), Henry Hosang, mengemukakan pandangannya terkait meningkatnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Oktober 2024 yang mencapai Rp309,2 triliun atau setara 1,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurutnya, defisit yang melebar dapat berdampak signifikan terhadap stabilitas ekonomi nasional dan kepercayaan investor.
“Defisit yang meningkat harus menjadi perhatian serius, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. Jika tidak dikelola dengan hati-hati, hal ini dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi dan kepercayaan investor, yang merupakan elemen penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi,” kata Henry dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (15/11).
Henry menekankan bahwa pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan defisit, salah satunya melalui optimalisasi penerimaan negara. Ia menilai reformasi perpajakan dan peningkatan investasi produktif merupakan dua solusi utama yang harus diprioritaskan.
“Pemerintah harus lebih agresif dalam melakukan reformasi perpajakan, seperti perluasan basis pajak dan peningkatan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, investasi produktif di sektor-sektor strategis juga harus didorong untuk meningkatkan penerimaan negara secara berkelanjutan,” jelasnya.
Henry juga menyoroti pentingnya pengelolaan utang yang bijak untuk menutupi defisit. Menurutnya, utang yang diambil untuk menutupi defisit harus benar-benar diarahkan kepada program-program yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
“Penambahan utang adalah opsi yang tidak bisa dihindari, tetapi penggunaannya harus cermat. Jangan sampai utang hanya digunakan untuk belanja rutin, melainkan harus difokuskan pada investasi jangka panjang yang produktif,” tambah Henry.
Sebagai penutup, Henry mengingatkan bahwa pemerintah harus terus memantau risiko eksternal, seperti perlambatan ekonomi global dan gejolak geopolitik, yang dapat memengaruhi kemampuan Indonesia dalam menjaga keberlanjutan fiskal.
“Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan fiskal ini. Dengan langkah yang tepat, kita dapat menjaga stabilitas ekonomi nasional dan memanfaatkan momentum untuk terus tumbuh,” pungkasnya. (Andi)