Ketua Gertasi DKJ: Advokasi DPP PSI di Pasar Barito Hanya Pencitraan Politik

Jakarta, otoritas.co.id — Aksi advokasi yang dilakukan sejumlah politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di kawasan Pasar Barito, Kebayoran Baru, menuai kritik tajam. Ketua Gerakan Tani dan Nelayan Syarikat Islam (Gertasi) Daerah Khusus Jakarta, Salim Wehfany, menilai langkah tersebut tidak lebih dari sekadar pencitraan politik belaka.
Kegiatan yang diklaim sebagai advokasi terhadap pedagang Pasar Barito itu dinilai Salim hanya menonjolkan sisi visual dan emosional tanpa menawarkan solusi konkret. “Kalau ini advokasi, mestinya ada riset, data, dan dialog. Tapi yang saya lihat hanya simbol dan narasi visual,” ujarnya di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Salim menyebut fenomena ini sebagai bentuk “politik pose” — di mana aksi dan penampilan lebih diutamakan ketimbang substansi perjuangan. Menurutnya, publik kini disuguhi pemandangan politisi yang berpose prihatin di depan kios, membuat caption heroik di media sosial, hingga mengunggah video berdurasi pendek dengan tagar perjuangan.
“Ruang publik kini seperti panggung teater, dan rakyat hanya menjadi figuran. Semua ingin tampak berpihak, tapi tak ada yang benar-benar turun dengan data dan solusi,” tegasnya.
Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta menegaskan bahwa program penataan kawasan Pasar Barito dilakukan secara manusiawi dan bertahap. Proyek relokasi pedagang ke lokasi baru di Lenteng Agung dikaitkan dengan perluasan Taman ASEAN, yang disebut sudah hampir rampung.
“Kami tidak menutup mata pada kepentingan pedagang, tapi kota ini juga butuh ruang hijau,” ujar Kepala Dinas UMKM DKI Jakarta.
Di sisi lain, para pedagang di lapangan mengaku sering menjadi objek perhatian mendadak setiap kali isu rakyat mencuat. “Banyak yang datang bilang mau bantu, tapi cuma foto-foto terus pergi,” ungkap Warto, salah satu pedagang burung di Pasar Barito.
Salim menilai, selama orientasi politik masih pada citra, bukan kinerja, maka advokasi rakyat hanya akan menjadi bahan konten media sosial. “Ironinya, yang diperjuangkan bukan nasib rakyat, melainkan algoritma,” pungkasnya. (Windu)
